-->

Kehidupan dalam Es Antartika


Sejumlah ilmuwan di Rusia menemukan bentuk kehidupan baru di danau air tawar Antartika, yang telah terperangkap di bawah es Antartika selama 14 juta tahun.

Temuan itu didapat setelah tim peneliti melakukan pengeboran intermiten sedalam empat kilometer ke dalam es Antartika, seperti dilansir VOA, Sabtu 9 Maret 2013.

Dari sampel air yang diambil dari Danau Vostok tahun lalu, peneliti menemukan, DNA bakteri yang diperkirakan hidup di zaman purba.

Awalnya, Sergei Bulat, salah satu peneliti dari St Petersburg Nuclear Physics Institute yang terlibat, menganalisa beberapa sampel air dan menemukan kejanggalan. Dia pun lantas melaporkannya pada kantor berita RIA Novosti.

Dalam laporan itu, tim peneliti telah menyimpulkan bahwa DNA bakteri yang ditemukan di dasar kegelapan danau es sedalam empat kilometer itu belum pernah ada sebelumnya.

"Kami sudah mencocokkan dengan seluruh DNA, tapi tidak ada spesies yang sama di dalam database," kata Sergei Bulat.

Untuk saat ini, dia menambahkan, temuan ini sebagai jejak kehidupan yang "tak dikenal" atau "unclassified." Mereka berencana untuk mengambil sampel lebih banyak lagi dari dasar danau untuk mengkaji hasil penelitian lebih dalam lagi.

Pemandangan di sekitar Danau Vostok, Kutub Utara (voanews.com)
Dalam pernyataannya, Bulat sangat yakin, penemuan ini hanyalah informasi awal tentang sebuah kehidupan yang pernah bertahan hidup dalam kondisi ekstrim, mungkin dari Bumi, atau dari kehidupan lain yang berjarak jauh di luar angkasa, seperti Mars, Jupiter, dan Saturnus, di mana sampai saat ini masih menyimpan segudang misteri bagi makhluk di Bumi.

Beberapa tim peneliti asal Inggris dan AS juga sempat bekerja sama untuk tujuan serupa, mengeksplorasi adanya kemungkinan kehidupan di Kutub Selatan, dengan memburu jejak-jejak makhluk hidup di dasar danau es.

Namun, di tahun 2012, tim asal Inggris hengkang menyisakan tim peneliti asal Negeri Paman Sam. Setelah itu, tim asal AS berhasil menemukan sejumlah sel yang masih hidup kala mengebor danau es Whillans, Kutub Selatan.
Sampai saat ini, hasil temuannya itu masih diidentifikasi dari jenis bakteri apa, dan menganalisis bagaimana sel tersebut bisa bertahan hidup tanpa cahaya di dalam air.

Source

Gigitan Nyamuk Gallinipper Seperti Tikaman Pisau

Salah satu serangga paling ganas yang pernah dikenal adalah nyamuk Gallinipper (Psorophora ciliata). Konon, rasa sakit gigitannya sama seperti ditikam sebilah pisau.

Gallinipper sama menakutkannya dengan ular piton, ikan hiu, badai tropis, dan bencana lainnya. Saat ini, nyamuk itu sedang beranak pinak dengan suburnya di Florida, Amerika Serikat.

Lompatan jumlah populasi nyamuk ini disebabkan telur-telur Gallinipper menetas setelah hujan badai dan banjir yang menimpa negara itu pada musim panas lalu. Telur yang diproduksi tahun lalu, akhirnya "panen" di musim panas ini.

"Saya tidak terkejut dengan jumlahnya, mengingat angka yang kita lihat tahun lalu. Di saat kita dilanda musim hujan, maka kita akan melihatnya lagi," kata Phil Kaufman, entomolog dari University of Florida, sebagaimana dilansir LiveScience, Senin, 11 Maret 2013.

Kaufman menjelaskan telur Gallinipper sangat tangguh, tidak mudah menetas. Telur bisa bertahan selama bertahun-tahun, menunggu air bah datang yang akan membuatnya menetas. "Bahkan, saat masih berupa larva, Gallinipper sudah mampu memangsa makhluk kecil yang hidup di air," Kaufman menambahkan.

Setelah dewasa, Gallinipper menjadi hama yang rakus. Ia akan mencari mangsa siang dan malam, berbeda dengan nyamuk biasa yang mencari mangsa saat malam dan pagi.

Gigitannya pun bertenaga, bisa menembus pakaian. Tak hanya itu, nyamuk menyeramkan ini juga dikenal sebagai pemangsa hewan peliharaan, hewan liar, dan ikan.

"Ukuran Gallnipper 20 kali lebih besar dari nyamuk biasa. Rasa sakit akiba gigitannya seperti saat Anda ditusuk sebilah pisau," kata Anthony Pelaez dari Museum of Science and Industry di Tampa, Florida.


Nyamuk Gallinipper (Livescience)

Sejatinya, nyamuk ini tidak beracun. Hanya saja, itu tadi, gigitannya sangat menyakitkan. Cairan penangkal serangga tidak cukup kuat untuk menangkal Gallinipper, karena ukurannya yang sangat besar.

"Bahkan ada anggapan hanya lapisan perak yang dapat menangkal nyamuk itu. Ini menunjukkan betapa berbahayanya Gallinipper dibanding serangga-serangga lain," kata Kaufman.